Skip to main content

PARA WALI YANG MENDIDIK DENGAN ROKOK

*ROKOK BAGIAN:02*

```Di dunia ini terdapat banyak hal yg meluluhlantakkan nalar kita sebagai manusia. Salah satunya adalah bagaimana cara kiai mendidikan umat manusia untuk mengetahui lebih dalam atas beberapa hal kasat mata. Keghaiban2 yg sering kiai pertontonkan adalah bentuk pengajaran dan pendidikan yg dapat menuntun manusia menuju alam berpikir yg lebih dalam.

Soal KRETEK atau ROKOK, misalnya, di tengah khilafiyah yang terus menerus terjadi. Ada yg pro ada pula yang kontra, banyak kiai yg memberikan isyarat terhadap satu barang yg sjatinya baik untuk bangsa dan negara, meski selalu dipertentangkan karena banyak kepentingan di dalamnya. Berikut kisah2 para sufi dan aulia’ yg gemar merokok dan mengajarkan pelajaran lewat asap2nya:

Mbah KH Abdul Jalil Mustaqim

Pernah Kiai Jamaluddin Jombang bersama seorang santrinya sowan kepada sang guru, yaitu Mbah Abdul Jalil Mustaqim Tulungagung. Ketika dalam perjalanan Kiai Jamaluddin dawuh pada santrinya: “Le (Nak), kamu saya ajak sowan ke Romo Kiai Abdul Jalil. Beliau termasuk bagian dari wali Allah. Nanti kalau di sana kamu tidak perlu banyak tanya, cukup dengarkan dawuh2nya.” Jawab si santri, “Iya, Kiai.

Sesampai di kediaman Kiai Abdul Jalil, dan cukup lama berbincang2, pada waktu itu pula Kiai Abdul Jalil menghisap rokok tanpa henti. Habis sebatang nyambung lagi dan terus begitu sampai habis berbatang2 rokok.

Dalam hati si santri berperasangka dan bertanya seakan tidak percaya, “Katanya kiai ini seorang wali. Dari awal saya bertamu sampai sekarang rokoknya kok ngebut, habis satu langsung nyulut habis lagi nyulut lagi tanpa henti. Di mana letak kewalianya? Ah, kayaknya tidak mungkin!”

Dengan spontan Kiai Abdul Jalil berkata: “Kiai Jamal, lebih baik merokok tapi selalu ingat Allah daripada tidak merokok tapi suka ngurusin orang lain yg sedang menikmati rokok tapi hatinya lalai pada Allah.” 

“Njih, leres Kiai” (Ya benar, Kiai), jawab Kiai Jamaluddin. 

Habib Ali

Para Auliya, biasa menetralkan keadaan spritual mereka dgn Tanawulul muba~hat (melakukan perbuatan2 yg mubah), sehingga mereka kembali kepada kekuatan basyariyyah sbgmana manusia biasa.

Toh merokok hukum yg paling kuat adalah makruh, dan makruh masih dalam batas Mubahat juga . Apalagi, trik2 Mula~matiyyatul Kha~l itu bahkan bisa menggunakan sesuatu yg secara kasat mata Haram, seperti yg dilakukan oleh Syekh Bisyr al Khafi di kisah beliau yg masyhur itu. Ini cerita Ustadh Alwi tentang beliau:

” Abah itu perokok berat . Saat kami Ziarah ke Hadromut , ana bilang sama Abah: Bah , tolong. Untuk kali ini saja , selama di Hadhromut Abah jangan merokok. Bukannya melarang, tetapi bagi para Sayyid, merokok di sini adalah Aib”

Abahnya beliau, Yakni Habib Ali menjawab: ” O, begitu ya? Kalau memang Alwi pengen begitu , Abah siap . Ini Rokok Abah simpen saja”

Singkat cerita sesudah sekian jam mulai dari Bandara Jakarta, Habib Ali tidak lagi menyulut batang Rokoknya . Padahal biasanya seperti lokomotif saja beliau.Saat sudah mendarat, dengan mobil mereka meneruskan perjalanan menuju Sewun. Menuju makam kakek beliau, penulis Simthud Duror, Sayyidinal Imam Ali bin Muhammad bin Husain al Habasyi.

Tetapi di tengah perjalanan mobil berenti. Mogok tidak mau jalan. Mesin di buka, tidak ada yg salah. Bensin masih ada, aki mobil masih bagus . Tetapi setiap kali di stater mobil tidak mau menyala mesinnya.

Satu jam, dua jam begitu . Montir yg dipanggil datang pun kebingungan, ”Ini mesin gak ada masalah, kenapa mobil tidak mau jalan??? ” Kata Montir .

Ustadh Alwi mulai gelisah. Lebih gelisah lagi abahnya yg sedari tadi di jok depan mobil tampak tidak jenak duduknya. Habib Alwi kemudian berpikir, ”Ini pasti ada hubungannya dengan Abah. Abah tampak tidak nyaman mungkin sebabnya sudah satu hari menahan diri untuk tidak merokok”. Ustadh segera menghampiri Abahnya :

”Abah … Sudah, Alwi menyerah. Kalau Abah mau merokok , ya silahkan”

Mendengar putranya berkata sepert itu , Raut muka Habib Ali tampak berbuncah riang .Kata beliau :
” Kalau Alwi bilang begitu, baiklah . Sekarang Abah merokok dulu”

Begitu terlihat asap sudah mengepul di sela2 bibir Habib Ali, maka Ustadh Alwi berkata kepada sopir, ” Bang , coba sekarang stater mobilnya”. Benar juga , kontak di putar, mesin langsung menyala …

Al-Imam al-Quthb al-Aqthab al-Habib Abdullah bin Muchsin al-Athas

Al-Imam al-Quthb al-Aqthab al-Habib Abdullah bin Muchsin al-Athas Maula Kramat Empang Bogor mempunyai “kebiasaan merokok”. Menurut Guru kami yg pernah berkhidmat padanya yaitu Syaikhina al-Ustadz al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf berkata, “Habib Keramat Bogor, Habib Abdullah bin Muchsin, itu merokok. Dan rokoknya adalah rokok kawung.”

Pernah satu kali murid beliau yaitu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi dari Kwitang mengunjunginya dan pada waktu itu Habib Abdullah bin Muchsin baru saja mendapat hadiah rokok mahal dari pembesar Belanda. Melihat kedatangan Habib Ali ke Empang Habib Abdullah sangat senang dan berkata sambil memberikan hadiah untuknya, “Ya Habib Ali, ini rokok mahal buat engkau.”

Mengetahui hal tersebut Habib Ali mau tidak mau menerimanya dan ditaruh di kantongnya karena beliau tidak merokok. Lalu Habib Abdullah bin Muchsin berkata, “Ya Habib, mata ini kalau tidak karena rokok melihat manusia akan apa adanya. Mungkin kalau tidak merokok akan jadi susah manusia menemuiku. Supaya mereka bisa bertemu saya, ya saya begini (merokok, red.).”

Mereka hal (tingkah) para wali Allah (Auliya) memang ada yang suka merokok. Namun selesai merokok mereka akan cuci tangan dan memakai wangi2an, lebih2 kalau ingin buka kitab mereka sampai menempelkan minyak wangi di bibir mereka.

Pernah satu kali ada yg datang untuk membaca kitab pada Ustadzuna al-Habib Abdurrahman Assegaf. Sewaktu beliau duduk orang tsb disuruh berwudhu. Setelah berwudhu orang tsb disuruh pakai minyak wangi dan beliau berkata, 
“Itu mulut ente masih bau rokok, pakein biar wangi. Ente ini mau baca kitab ulama bau rokok begitu. Biar hormat ente sama ilmu yg ditulis oleh ulama biar dapat barakahnya.”

Kiai Khoirul Mustajab Banyuwangi

Dengan penuh tanda tanya yg sudah menggunung di dalam hati, saya memberanikan diri bertanya pada beliau, “Kok rokoknya njenengan ngebut banget Kiai, apa tidak merasa sesak dadanya njenengan” ?.

Beliau tersenyum “kalau sudah biasa ya nggak lah, kalau belum terbiasa pasti akan mati hehehe”.

“Kata kebanyakan orang dari pada uangnya dibelikan rokok, kan lebih baik dibelikan yg lain atau ditabung saja Kyai ?” tanya saya.

“Hahaha, itu kan pendapat orang yang tidak merokok Mas, kalau bagi yg merokok yo gak kiro ngunu hehe. Allah itu memberikan rizki pada masing2 makhluknya itu tidak sama Mas, ada yg cukup hanya membeli beras saja dan ada yg cukup membeli beras dan rokoknya juga hehe, mungkin saya golongan yg kedua ini Mas, soalnya selama saya merokok dapur saya juga ngebul kok”

Benar juga sih kalau dipikir, banyak juga kok orang yg suka merokok masih bisa menabung dan tidak sedikit pula orang yg tidak merokok malah kesulitan untuk menyisihkan uangnya.

Rokok merupakan salah satu pendapatan terbesar di negara ini. “Yang penting jangan merokok disembarang tempat Mas, saya memang perokok berat mulai saat dipesantren, tapi saya gak suka merokok ditempat teman2 yg gak suka rokok’an meski mereka baik2 saja, saya tidak merokok disana gak enak Mas, saya juga tergolong perokok yg pasif lo Mas” tambah Kyai Khoirul.

“Lo kok bisa perokok pasif Kyai ?” tanya saya.

“Lah iya saya kalau merokok sambil jalan2 itu gak enak alias gak bisa menikmati Mas, jadi kalau saya merokok itu ya begini, sambil duduk dan ngopi hehe” jawab beliau. Hahaha saya dan seisi ruangan kecil itu ikut tertawa.

Rokok kretek adalah rokok yg menggunakan tembakau asli yg dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkeh dan saat dihisap terdengar bunyi kretek2. Rokok kretek berbeda dengan rokok yg menggunakan tembakau buatan. Jenis cerutu merupakan simbol rokok kretek yg luar biasa, semuanya alami tanpa ada campuran apapun, dan pembuatannya tidak bisa menggunakan mesin. Masih memanfaatkan tangan pengrajin.

Kisah kretek bermula dari kota Kudus. Tak jelas memang asal usul yg akurat tentang rokok kretek. Menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar akhir abad ke-19. Awalnya, penduduk asli Kudus ini merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh. Setelah itu, sakitnya pun reda. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dgn tembakau untuk dilinting menjadi rokok.

Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini pun menyebar cepat. Permintaan “rokok obat” ini pun mengalir. Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi “keretek”, maka rokok temuan Djamari ini dikenal dgn “rokok kretek”. Awalnya, kretek ini dibungkus klobot atau daun jagung kering. Dijual per ikat dimana setiap ikat terdiri dari 10, tanpa selubung kemasan sama sekali. Rokok kretek pun kian dikenal. Konon Djamari meninggal pada 1890. Identitas dan asal-usulnya hingga kini masih samar. Hanya temuannya itu yang terus berkembang.

Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamhari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus. Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek “Tjap Bal Tiga”. Bisa dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia.

*Pecinta ulama dan habaib*

Comments

Popular posts from this blog

Sujud saat Prosesi Wisuda

Subhanallah, Allahu akbar, masya Allah ,... itulah komentar-komentar yang terucap terhadap foto ini dalam laman facebook I'm Muslim & I'm Proud . Dalam foto tersebut terlihat seorang wisudawan sedang bersujud, entah sujud syukur atau sedang mendirikan sholat di tengah prosesi wisuda.

Cinta Karena Allah Itu Mempunyai Harga Sangat Mahal, Siapkah Kita Membayarkannya?

Oleh: Abdullah Shaleh Hadrami Cinta karena Allah itu mempunyai harga sangat mahal yang harus dibayar, dan sedikit sekali yang mau membayarnya. Apa harga mahal yang harus dibayar itu? Harga mahal yang harus dibayarkan oleh siapa saja yang mengaku cinta karena Allah, yaitu; SALING MENASEHATI, sebagaimana firman Allah ta'ala dalam surat 103 Al-'Ashr. Seseorang yang mengaku cinta kepada temannya karena Allah maka harus terus menerus mengawasi temannya tersebut untuk saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran. Hal ini jarang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku saling cinta karena Allah, dengan alasan khawatir temannya tersinggung, atau khawatir temannya marah, atau khawatir temannya meninggalkannya, dan berbagai macam alasan lainnya.. Jadi, harga mahal yang harus dibayarkan oleh orang-orang yang saling mencintai karena Allah adalah saling menasehati dengan melakukan amar makruf nahi munkar, yaitu saling mengingatkan dan memotivasi untuk menjadi lebih baik

Kisah Bidadari Surga

Bismillahir-Rahmanir-Rahim  Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut. Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok terse