Inilah sifat pria yang tidak lalai dari mengingat Allah. Kesibukan
dunia mereka tidak membuat mereka berpaling dari ketaatan dan perintah
Allah. Perdagangan dan jual beli pun tidak membuat mereka jauh dari
Allah. Ketika ada panggilan shalat, mereka pun memenuhi panggilan
tersebut. Dan lisan mereka tidaklah lepas dari dzikrullah.
Allah Ta’ala berfirman,
رِجَالٌ
لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ
الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ
الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Laki-laki yang tidak dilalaikan
oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah,
dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka
takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang.” (QS. An Nur: 37)
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menerangkan,
Ia
adalah pria yang dunianya tidak membuatnya jauh dari Rabbnya. Sama
sekali kesibukan perniagaan dan mencari nafkah tidaklah
mempengaruhinya. Tijaroh (perniagaan) di sini mencakup segala bentuk perdagangan untuk meraih upah. Sedangkan bai’
(jual beli) adalah bentuk lebih khusus dari perniagaan. Karena dalam
perniagaan lebih banyak ditemukan transaksi jual beli. Pujian pada pria
di sini bagi mereka yang berdagang dan melakukan jual beli, dan
asalnya perbuatan tersebut tidaklah terlarang. Meskipun tidak
terlarang, akan tetapi hal-hal tadi tidaklah mempengaruhi mereka dari
mengingat Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Bahkan mereka
menjadikan ibadah dan ketaatan pada Allah sebagian tujuan hidup
mereka. Jadi perdagangan tadi tidaklah sama sekali menghalangi mereka
menggapai ridho Allah.
Namun hati kebanyakan orang adalah
sangat menaruh perhatian pada dunia. Mereka sangat mencintai
penghidupan mereka. Dan sangat sulit mereka –pada umumnya-
meninggalkan dunia mereka. Bahkan mereka pun bersusah payah hingga
meninggalkan kewajiban pada Allah. Berbeda dengan yang disebutkan
dalam ayat ini, mereka begitu takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
Karena mengingat kegoncangan hari kiamat tersebut, akhirnya mereka
pun semakin mudah beramal dan meninggalkan hal yang melalaikan mereka
dari Allah. (Taisir Al Karimir Rahman, 569)
Yang dimaksud dengan dzikir pada Allah (dzikrullah) dalam ayat di atas, ada tiga pendapat:
- Shalat lima waktu
- Mengerjakan hak Allah
- Dzikir pada Allah dengan lisan.
Sedangkan
yang dimaksud dengan menegakkan shalat adalah mengerjakan tepat waktu
dan menyempurnakannya. (Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi)
Sa’id bin Abul Hasan dan Adh Dhohak berkata,
لا تلهيهم التجارة والبيع أن يأتوا الصلاة في وقتها
“Yang
dimaksud ayat tersebut adalah perniagaan dan jual beli tidaklah
membuat mereka lalai dari mendatangi shalat tepat pada waktunya.”
Mathor Al Warroq berkata,
كانوا يبيعون ويشترون، ولكن كان أحدهم إذا سمع النداء وميزانُه في يده خفضه، وأقبل إلى الصلاة.
“Yang
dimaksud ayat tersebut adalah mereka biasa melakukan jual beli. Akan
tetapi jika mereka mendengar adzan lalu timbangan dagangan mereka
berada di tangan mereka, mereka pun meninggalkannya. Lalu mereka
memenuhi panggilan shalat.”
As Suddi mengatakan mengenai ayat tersebut,
عن الصلاة في جماعة
“Mereka tidak lalai dari shalat jama’ah” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 10: 252-253)
Dalam ayat di atas disebutkan,
تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. Yaitu
hati mereka dalam keadaan khawatir apakah mereka akan selamat ataukah
celaka. Dan penglihatan mereka pun kebingungan melihat kiri dan
kanan. (Tafsir Al Jalalain)
Ayat di atas serupa dengan ayat,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا
أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ
هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ
الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang
beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al Jum’ah: 9)
Apa balasan Allah pada laki-laki yang punya sifat demikian?
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“(Meraka
mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada
mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan
Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An Nur: 38).
Jika
disebut seseorang berinfak tanpa batas, maksudnya karena saking
banyaknya sehingga infak yang diberikan tidak bisa dihitung (Lihat
Tafsir Al Jalalain).
Ya Allah, jadikanlah kami seperti yang disebutkan dalam ayat ini.
Semoga
perdagangan dan kesibukan kami mencari nafkah tidak membuat kami
lalai dari mengingat Allah, shalat pada waktunya dan kewajiban
lainnya. Semoga lisan ini pun dimudahkan untuk selalu sibuk dengan
dzikir mengingat Allah di kala waktu senggang dan waktu sibuk.
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Ust. Muhammad Abduh Tuasikal
@ Sabic Lab, Riyadh KSA, 4 Muharram 1432 H
http://rumaysho.com/belajar-islam/tafsir-al-quran/3616-pria-yang-tidak-lalai-dari-mengingat-allah.htm
Note laman Doa doa Sunnah on Monday, December 5, 2011 at 12:33am

Comments
Post a Comment