Skip to main content

Disaat Terpuruk, Allah Menyembuhkan Sakitnya


By: M. Agus Syafii

Ada seorang Ibu di Rumah Amalia bertutur, keterpurukan itu diawali ketika dokter menyatakan bahwa dirinya harus segera operasi karena ada benjolan dipayudaranya, tidak disangkal hatinya terpukul mendengarnya terlebih sudah dua dokter yang mengatakan hal yang sama. Para dokter itu mengingatkan percuma saja diminum obat, jalan satu-satunya harus operasi, berobat jalan tidak membawa efek besar karena benjolan yang tumbuh sudah melengket, berkembang pesat. Padahal ia mengetahui adanya benjolan lima bulan sebelumnya, dalam waktu singkat sudah menjadi tiga benjolan. awalnya hanya sebesar jempol berubah menjadi sebesar bola pingpong. Penundaan proses pengobatan sudah ditolak dokter dan mengatakan, "Kita tidak punya waktu lagi, lebih cepat lebih baik dioperasi mengingat perkembangan benjolan yang sangat cepat menjalar ke arah lain."

Disaat itulah ia merenungkan kembali perjalanan hidupnya bahwa hidupnya selama ini jauh dari Allah, ketika mencoba untuk mendekatkan diri kepada Allah malah diuji dengan sakit. Ia sudah berada dijalan yang lurus seperti yang Allah kehendaki tetapi justru sakit yang harus diterimanya. Ia merasa Allah tidak berada dipihaknya, ia merasa tidak berharga dengan penyakit yang menakutkan, tidak diinginkan bagi setiap perempuan manapun. Dalam waktu singkat mampu menrenggut kebahagiaannya. Ia merasa takut, marah, kecewa, khawatir, sedih bahkan beliau tidak mampu lagi menangis sekalipun dengan hati yang terasa perih. Dalam doa setelah menunaikan sholat berbisik lirih, "Ya Allah, jika hambaMu ini Engkau izinkan terlahir dengan utuh, haruskah hamba berpulang dengan tidak utuh lagi?" Air matanya mengalir dengan derasnya. Disaat terpuruk itulah beliau pada satu titik nadir, lemah tak berdaya, satu kekuatan yang Allah berikan kepadanya. sebuah keyakinan hidup dan matinya semuanya adalah ketetapan Allah. Hari itu juga Allah membukakan pintu hatinya telah membangkitkan semangat hidupnya untuk menjalani kemoterapi, lima kali dilakukan, tanpa harus menjalani operasi penyakitnya sudah sembuh kali seperti sediakala. Sampai Dokternya mengatakan, "Hanya Allah yang Maha Kuasa menyembuhkan sakit ibu.." Subhanallah..

'Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan berdoa (HR. Baihaqi).

Wassalam,
M. Agus Syafii

Note laman Mukjizat Sholat Dan Doa on Monday, December 12, 2011 at 8:45am

Comments

Popular posts from this blog

Sujud saat Prosesi Wisuda

Subhanallah, Allahu akbar, masya Allah ,... itulah komentar-komentar yang terucap terhadap foto ini dalam laman facebook I'm Muslim & I'm Proud . Dalam foto tersebut terlihat seorang wisudawan sedang bersujud, entah sujud syukur atau sedang mendirikan sholat di tengah prosesi wisuda.

Cinta Karena Allah Itu Mempunyai Harga Sangat Mahal, Siapkah Kita Membayarkannya?

Oleh: Abdullah Shaleh Hadrami Cinta karena Allah itu mempunyai harga sangat mahal yang harus dibayar, dan sedikit sekali yang mau membayarnya. Apa harga mahal yang harus dibayar itu? Harga mahal yang harus dibayarkan oleh siapa saja yang mengaku cinta karena Allah, yaitu; SALING MENASEHATI, sebagaimana firman Allah ta'ala dalam surat 103 Al-'Ashr. Seseorang yang mengaku cinta kepada temannya karena Allah maka harus terus menerus mengawasi temannya tersebut untuk saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran. Hal ini jarang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku saling cinta karena Allah, dengan alasan khawatir temannya tersinggung, atau khawatir temannya marah, atau khawatir temannya meninggalkannya, dan berbagai macam alasan lainnya.. Jadi, harga mahal yang harus dibayarkan oleh orang-orang yang saling mencintai karena Allah adalah saling menasehati dengan melakukan amar makruf nahi munkar, yaitu saling mengingatkan dan memotivasi untuk menjadi lebih baik

Kisah Bidadari Surga

Bismillahir-Rahmanir-Rahim  Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut. Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok terse